Alhamdulillah, Segala puji kita panjatkan kepada Allah
SWT, salam serta sholawat semoga tetap pada junjungan kita Rosulullah saw
beserta keluarganya, para sahabat, tabi’in, tabiut tabi’in serta para
pengikutnya sampai hari akhir.
5 langkah mudah membentuk dan mengoptimalkan Baitul Maal
Masjid, TPL (Tidak Pakai Lama) dan TPS (Tidak Pakai Sulit) itulah tema
utama yang saya sajikan dihadapan para pembaca sekalian. Tema ini saya angkat
dari sekian banyaknya persoalan ummat di masjid kita selama ini yang tak mampu
terselesaikan dengan baik, baik itu pembinaan TPA/TPQ, Pengkaderan remaja, Tata
administrasi yang baik, terlebih lagi pengelolaan keuangan masjid.
Selain itu masih
banyak pula ummat, khususnya para takmir masjid yang tidak memahami tentang pentingnya
membentuk dan mengoptimalkan Baitul Maal Masjid secara baik. Sehingga ketika
ide dan gagasan membentuk dan mengoptimalkan Baitul Maal Masjid dimunculkan
banyak yang membantah dan ada pula yang menganggap tak mungkin bisa diwujudkan,
terlebih lagi Baitul Maal Masjid yang sedang kita paparkan pada buku ini bisa
jadi akan banyak mendobrak tatanan dan budaya kita dalam mengelola masjid kita
selama ini. Adapun pandangan tersebut antara lain :
1.
Ketika ide dan gagasan membentuk dan
mengoptimalkan Baitul Maal Masjid kita sampaikan di tengah ummat, banyak dari mereka
yang memahami bahwa yang kita bawa adalah konsep BMT (Baitul Maal wa Tamwil) sebagaimana
yang dipahami oleh kebanyakan kaum muslimin selama ini. Padahal konsep Baitul
Maal Masjid sangat berbeda, selain itu konsep BM yang kita kemas dengan tema
membangun desa/kampung berbasis Baitul Maal Masjid ini memiliki banyak
kelebihan dibandingkan dengan konsep BMT yang saat ini muncul, walaupun kita
juga tidak menafi’kan bahwa konsep BMT hari ini banyak pula manfaat yang bisa
dirasakan oleh kaum muslimin. Adapun kelebihannya antara lain :
a. Menjadikan masjid sebagai basis utama
pembangunan ummat, baik dari sisi ilmu
syar’i maupun ekonomi umat, sedangkan BMT yang saat ini muncul banyak yang
justru bisa berkembang ketika menjauh dari masjid. Sehingga banyak kita jumpai
BMT yang tidak bisa bersinergi dengan masjid, bahkan dalam prakteknya mirip-mirip
(walaupun tak sama) dengan bank yang ada saat ini. Adapun Baitul Maal Masjid sudah
pasti harus berbasis di masjid, jika kita menjumpai ada baitul maal yang belum
berbasis masjid, karena beberapa faktor pada akhirnya nanti muaranya juga akan
kembali ke masjid.
b. Basis dukungannya kalau di BMT pada sisi
anggota atau nasabah BMT dan mengharuskan berbadan hukum, sehingga sangat di mungkinkan
hanya sedikit orang yang bisa terlibat. Sedangkan Baitul Maal Masjid basis dukunganya
yakni masyarakat secara umum, khususnya mereka yang tidak mampu dan tidak ada
keanggotaan dengan syarat-syarat tertentu.
c. Sekalipun konsep yang diusung adalah Baitul
Maal Masjid tetap tidak meninggalkan pembentukan basis ekonomi ummat, yang
dibangun setelah Baitul Maal Masjid mampu terbangun dengan baik di tengah kaum
muslimin. Sehingga sektor ekonomi, baik itu transaksi keuangan dan lainnya
tidak mengharuskan adanya kantor dengan beban operasional yang tinggi.
d. Motivasi yang ditanamkan pada Baitul Maal
Masjid atas dasar tolong menolong dan berukhuwah Islamiyyah dan bukan atas
dasar bisnis
2.
Adapula yang memahami bahwa dengan
diterapkannya Baitul Maal Masjid, maka secara otomatis akan menghabiskan dana
kas masjid yang ada selama ini karena dana kas yang ada harus segera di
salurkan pada mereka yang berhak dan tidak boleh disimpan atau di endapkan di
luar batas kewajaran.
3.
Bahkan ada anggapan pula bahwa Baitul
Maal Masjid yang sedang kita gulirkan di tengah-tengah masyarakat nantinya ujung-ujungnya
minta dana ke masyarakat melalui Baitul Maal Masjid yang kita kelola, sehingga masyarakat menjadi
sasaran untuk penggalangan dana
Pandangan sebagaimana yang telah saya sampaikan
diatas adalah sekelumit dari banyaknya pandangan yang muncul di tengah-tengah ummat
dalam merespon munculnya ide dan gagasan membentuk dan mengoptimalkan Baitul
Maal Masjid. Munculnya pandangan di atas lebih karena tak memahaminya peran dan
fungsi masjid sebagai penopang ummat, khususnya Baitul Maal Masjidnya. Akhirnya
hadirnya Baitul Maal Masjid disikapi
dengan pandangan dan cara yang keliru pula.
Konsep membangun desa/kampung berbasis Baitul Maal
Masjid ini hanya sekedar istilah agar
kita mudah untuk memahami pengelolaan
dana di masjid kita hari ini. Jika kita merujuk pada tata kelola pemerintahan Islam,
Istilah Baitul Maal hanya untuk pemerintahan Islam yang lebih pas untuk
memakainya. Semoga dengan adanya istilah ini, akan lebih mendekatkan istilah Baitul
Maal Masjid di hati kaum muslimin, sebab
mereka kebanyakan masih sangat asing dengan isilah Baitul Maal Masjid .
Pembaca sekalian buku yang ada dihadapan anda ini
hanya sekelumit persoalan yang terkait peran dan fungsi masjid kita hari ini,
khususnya Baitul Maal Masjid. Tapi paling tidak dengan sedikitnya pembahasan
dalam buku ini tak akan mengurangi manfaat, kandungan makna, serta pesan-pesan
penting yang ada di dalamnya sebagai upaya kita mendorong pembangunan ummat
basis Baitul Maal Masjid. Akhirnya kami hanya bisa menyampaikan selamat
menyimak ulasan buku sederhana ini dan mengambil manfaat yang banyak dari buku
yang ada dihadapan anda saat ini.
Solo, 1 Muharram 1433 H / 27
November 2011
Salam
Perjuangan
Nashrullah
Jumadi
Assalamu'alaikum Ustadz..
BalasHapusTerima kasih ustadz atas kiriman bukunya. Semoga saling menguatkan dan memberi manfaat.
Ayo.. trus semangat...!! Semangat...!
Saya minat dengan Buku tersebut, dimanakah saya bisa dapatkan? Kalau membeli, bagaimana caranya.
BalasHapusMohon informasinya dapa dikirim ke wawan.s.singaperwira@facebook.com
terimakasih.