Sebelum
membahas tema diatas perlu saya sampaikan atas respon dari masyarakat
tentang berbagai tulisan dalam buletin ini sebelumnya, yakni yang
berhubungan dengan masjid, antara lain tema “Dicari Takmir masjid
yang memiliki Visi dan Misi Pemberdayaan Ummat”, “Kemana Infaq
juma’atan anda selama ini disalurkan/dimanfaatkan” dan masih banyak
tulisan lainnya yang segera hadir dihadapan pembaca sekalian, baik
yang saya muat di situs maupun buletin kita tercinta, Insya Allah.
Dari respon masyarakat yang masukkan, terbagi menjadi 3 kelompok, pertama, Kelompok yang pasif, Kedua,
kelompok yang menentang, karena mereka merasa dikritik dan
“ditelanjangi”, kelompok ini didominasi mereka yang tidak enghendaki
perubahan serta ketiga, mereka yang memberikan dukungan,
kelompok ini diwakili mereka yang menginginkan perubahan dan berharap
masjid memiliki Visi ke depan dengan baik dan jelas.
Berbagai
respon atas tulisan tersebut, penulis serahkan pada masyarakat untuk
memberikan penilaian, kewajiban penulis hanya menyampaikan dan
membangun para paradigma ummat agar memberikan perhatian yang serius
terhadap kemajuan masjidnya, jangan sampai masjid terkesan hanya untuk
ibadah ritual semata. Tidak hanya itu, penulis pun siap diajak
diskusi jika diminta, tentunya permintaan tersebut dengan cara yang
baik dan elegan dan tidak dengan cara yang kasar sebagaimana seorang
“raja”.
Untuk
itu pembaca, pada buletin kali ini penulis merasa perlu untuk
mengangkat tema tentang manajaemen masjid hari ini, sebelum kita ulas,
ada beberapa pertanyaan yang ingin saya sampaikan pada para pembaca
sekalian, yakni, kira-kira berapa jumlah jama’ah masjid yang aktif di
masjid anda saat ini ? Siapa saja orangnya?Berapa keluarganya?
Bagaimana kondisi keluarganya Dll ? Termasuk wajib Zakat atau berhak
menerima Zakat kah mereka ?
Atas
pertanyaan tersebut diatas, saya amat yakin anda tidak akan
mendapatkan jawaban yang jelas pada kebanyakkan masjid kita hari ini,
sebab kebanyakan masjid saat ini manajemennya masih terkesan amburadul,
maka pas saja kalau boleh saya katakan bahwa manajamen masjid masih
kalah baik dengan manajemen RT (Rukun Tetangga).
Ya…..inilah
gambaran manejemen masjid kita hari ini, data jumlah jama’ah masjid
saja kebanyakan tidak dimiliki, belum lagi berapa jumlah peduduk yang
beragama Islam dengan segala tingkatan dan kondisinya, perpustakaan
masjid hanya dijadikan pajangan dan tidak memiliki orientasi yang jelas
untuk mencerdaskan ummat, takmir masjid tidak memiliki rencana program
yang jelas dalam kurun waktu tertentu, misalnya 3 tahun ke depan,
sehingga ummat juga bisa mengukur dan memberikan penilaian atas kinerja
para takmir/pengurus masjid. Tidak seperti saat ini, banyak kinerja
para takmir/pengurus masjid yang tidak bisa di ukur, karena manajemen
yang diterapkan masih menggunakan manajemen asal jalan.
Wal
hasil, manajemen masjid seharusnya menjadi prioritas garapan awal
bagi para takmir/pengurus masjid saat ini sebelum menjalankan program
lainnya. Sebab tanpa manajemen yang baik, mustahil masjid akan
berhasil mendapatkan kemajuannya. Terlebih lagi bagi takmir masjid
yang telah memimpin masjid puluhan tahun (bakhan sejak awal berdirinya
masjid) telah menobatkan diri menjadi takmir masjid, sedangkan
penantaan manajemen masih saja amburadul, tentunya hal ini tidak cukup
hanya kita lihat dan dengar semata, tapi juga membutuhkan adanya
penilaian dan perbaikan atas kinerja takmir tersebut. Maka, tidak
salah memang kalau manajemen masjid masih kalah baik dengan manajemen
RT.
Untuk itu,
manajemen masjid harus lebih baik dari manajemen RT, tidak cukup
hanya sebagai slogan tanpa realisasi, hanya saja memang kebanyakan kita
lupa atau tidak tahu bagaimana membangun manajemen masjid yang
baik,padahal kalau kita mau lihat pontensi masjid sangat besar guna
mewujudkan dan memperbaiki manajemen tersebut secara baik.
Pertanyaannya, mengapa kebanyakan masjid tidak mampu mewujudkan
manajemen yang baik ? Ada beberpa sebab yang mendasari, antara lain:
1.
Kebanyakan para takmir masjid saat ini sudah tidak lagi produktif,
baik dari sisi pikiran, tenaga maupun waktunya, padahal penataan awal
manajemen masjid membutuhkan produktifitas yang tinggi
2.
Waktu dan kesempatan kita mengelola masjid hanya merupakan
waktu-waktu sisa, sehingga memikirkan masjid tidak optimal termasuk
menata manajemen secara baik
3.
Masjid tidak mampu mengumpulkan orang-orang yang pakar dan punya
kemampuan dari kalangan jamaah masjid itu sendiri untuk terlibat
membangun masjid, kebanyakan potensi mereka dibatasi, sehingga terkesan
hanya dimanfaatkan semata dan tidak mungkin menjadi pengurus tetap
masjid. Karena memang tidak sedikit para takmir yang khawatir jika
posisinya sebagai seorang takmir masjid digeser, dengan kehadiran
orang-orang yang lebih pakar dan berilmu.
4.
Kebanyakkan para takmir masjid hari ini masih menerapkan manajemen
asal jalan, hal ini bisa kita lihat kebanyakkan masjid hari ini tidak
memiliki rencana program yang jelas, baik program jangka pendek,
menengah maupun panjang. Yang ada hanya menjalankan rutinitas ibadah,
rutinitas hari raya islam dan rutinitas hari besar Islam semata,
sehingga kinerjanya tidak bisa di ukur oleh ummat secara umum
Ke
4 hal tersebut penulis kira sudah lebih dari cukup untuk memberikan
alasan atas sulitnya diterapkannya manajemen yang baik di masjid kita
hari ini, terlepas dari itu semua kita harus menyadari bahwa mengelola
masjid saat ini bukanlah persoalan yang mudah, tapi membutuhkan
kesungguhan dan kemampuan untuk mengelola, karena masjid saat ini
merupakan benteng terakhir bagi ummat untuk menjaga aqidah dan akhlaq
disaat rumah-rumah kaum muslimin saat ini sudah tidak aman lagi untuk
membentengi aqidah dan akhlaq anak-anak dan istri kita. Hanya masjid
yang saat ini kita andalkan, tapi kalau kita lihat masjid hari ini,
kita merasa prehatin dengan kondisinya. Penulis berharap, semoga para
takmir/pengurus masjid saat ini tidak memandang bahwa menjadi seorang
takmir/pengurus masjid adalah jabatan yang harus dipertahankan,
terlebih lagi yang menginginkan menjadi takmir seumur hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar