“Hidup”, ibarat tidur siang yang hanya sesaat, sedangkan
“mati” adalah perjalanan panjang dan tiada henti. Maka tidaklah heran jika
berbagai mimpi memenuhi kehidupan ini, dan silahkan bermimpi karena kehidupan
adalah alam mimpi. Ketika seseorang mengalami kematian, maka ia telah memasuki
garis start dari sebuah perjalanan panjang yang abadi, penuh dengan pertanggung
jawaban yang tidak dapat dibohongi.
Kehidupan ini mengenal sebuah sifat yang sudah sangat
populer dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah sifat kehidupan yang penuh dengan
pembelajaran,namun banyak dilupakan, yaitu sifat “datang dan pergi”. Datang dan
pergi merupakan sifat kehidupan yang terus saling mengiringi. Datang dan pergi
merupakan salah satu sunnatullah yang tidak dapat diganggu gugat lagi dalam
menjalani kehidupan yang fana ini. Segala sesuatu yang telah datang ke dunia,
masing-masing pasti telah ditentukan masanya untuk pergi meninggalkan dunia ini
kembali. Karena kehidupan ini hanyalah sandiwara sesaat, yang akan menghilang
dalam sekejap manakala nyawa tinggalkan hayat. Yang tersisa hanyalah permintaan
pertanggung jawaban atas segala peranan yang telah dimainkan selama menjalani
sandiwara dunia. Maka, mainkanlah peranmu sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan-Nya.
Datang dan perginya segala sesuatu di dunia ini adalah
takdir Allah swt yang telah tertulis di dalam kitab Lauh Mahfuzh. Yang datang,
pasti akan pergi, tidak ada yang abadi. Setiap makhluk bernyawa pasti akan
mati, dan setiap benda mati pasti akan hancur (musnah).
“Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya
kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (Qs. Al Ankabut :57)
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak
pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita
terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira
terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang
yang sombong lagi membanggakan diri,” (QS. Al hadiid : 22 – 23).
Maka tidak patutlah bagi seorang muslim yang beriman,
manakala kehilangan sesuatu yang ia miliki kemudian berduka tiada henti. Tidak
layak bagi seorang muslim beriman untuk meratapi kepergian orang-orang yang ia
kasihi. Karena semua itu adalah takdir Allah swt yang tidak boleh untuk
disesali.Allah swt telah menetapkan batasan waktu bagi segala sesuatu tanpa
terkecuali, kapan sesuatu itu hidup dan kapan sesuatu itu akan mati pula, kapan
sesuatu itu terbentuk dan kapan sesuatu itu akan hancur pula. Tidak ada yang
abadi, semuanya pasti akan pergi.
Allah swt Maha Mengetahui, dan sebaik-baik pemberi ganti.
Allah swt Sang Pemilik Ilmu yang tiada batas dan tiada tandingannya, Allah swt
mengetahui segala yang terbaik dan yang buruk bagi hambanya.Maka janganlah
seorang muslim tenggelam dalam duka atas musibah yang menimpanya. Karena Allah
swt lebih mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Jika Allah swt telah
memutuskan untuk memanggil seseorang yang kita sayangi, mungkin memang itulah
yang terbaik baginya.
Dalam Shahih-nya, Imam Muslim meriwayatkan dari Ummu Salamah,
bahwasanya ia berkata, Aku mendengar Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang
muslim yang ditimpa suatu musibah, lalu dia mengatakan apa yang diperintahkan
Allah, Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali
kepada-Nya. Ya Allah, berilah aku pahala karena musibah ini, dan gantikanlah
untukku sesuatu yang lebih baik darinya. kecuali akan Allah akan memberikannya
ganti yang lebih baik.”
Hadits di atas menyatakan bahwa barang siapa yang mendapat
ujian atau musibah dari Allah swt, kemudian ia tawakal atau berserah diri
kepada Allah swt, maka niscaya Allah swt akan menggantikannya dengan pemberian
yang lebih baik lagi. Dan jika memang Allah swt tidak memberikan penggantinya,
maka yakinlah bahwa Allah swt telah mengetahui bahwa hal tersebutlah yang
terbaik bagi kita.
Sesungguhnya, manusia adalah makhluk yang lemah dan dhoif,
yang tidak ada daya dan upaya kecuali atas kehendak Allah swt. Untuk itu,
senantiasa memohonlah kepada Allah swt agar senantiasa diberikan kekuatan,
kesabaran, dan ketabaan dalam menyikapi segala sesuatu yang pergi dan
meninggalkan kita. Tidak perlu merasa lemah dan bersedih hati, karena insya
Allah, Allah swt senantiasa menyertai orang-orang yang senantiasa bertakwa dan
bertawakal kepada-Nya.
Setiap makhluk hidup yang bernyawa, kini tengah menunggu
masing-masing gilirannya, termasuk di dalamnya adalah kita. Usia kita tengah
menunggu masa berakhirnya, dan malaikat pencabut nyawa tengah berjalan semakin
dekat di ubun-ubun kita. Untuk itu, marilah kita mempersiapkan diri untuk
perjalanan abadi yang tiada henti, perjalanan untuk bertemu dengan Zat yang
Maha Sempurna, Allah swt.(sumber : www.naunganislam. wordpress.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar